PENDAHULUAN
BAB
I
Dalam operasional setiap perusahaan
senantiasa diperlukan langkah yang sistematis untuk dapat memberdayakan potensi
sumber dayanya secara efisien dan efektif. Untuk mencapai kondisi tersebut
diperlukan perencanaan yang cermat dari manajemen dalam meniti langkah
operasional yang akan dilakukan. Derajat kompleksitas perencanaan tersebut
tentu dipengaruhi oleh skala perusahaan; perusahaan besar relatif memerlukan perencanaan
yang lebih formal dan rinci.
Penyusunan anggaran merupakan proses
pembuatan rencana kerja dalam rangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam
satuan moneter dan satuan kuantitatif orang lain. Penyusunan anggaran sering
diartikan sebagai perencanaan laba (proft planing). Dalam
perencanaan laba, manajemen menyusun rencana operasional yang implikasinya
dinyatakan dalam laporan laba rugi jangka pendek dan jangka panjang, neraca kas
dan modal kerja yang diproyeksikan dimasa yang akan datang.
Untuk melukiskan anggaran dan proses
penyusunan anggaran, layaknya sebagai suatu proyek pembangunan gedung berlantai
tiga puluh. Untuk membangun gedung tersebut diperlukan waktu tiga tahun. Gedung
tersebut akan dibangun berdasarkan cetak biru (blue print) dan berdasarkan
rencana biaya yang dibuat oleh arsitek. Setiap bulan dibuat anggaran biaya
untuk pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan setiap bagian gedung
tersebut, sehingga keseluruhan pekerjaan gedung tersebut dapat terlaksana
sesuai dengan blue print yang telah dibuat dengan rencana biaya yang telah
disusun sebelum proyek dilaksanakan.
Proses penyusunan anggaran merupakan
proses penyusunan rencana jangka pendek, yang dalam perusahaan berorientasi
laba, pemilihan rencana didasarkan atas dampak rencana kerja tersebut terhadap
laba. Oleh karena itu sering sekali proses penyusunan anggaran sering sekali
disebut sebagai penyusunan rencana laba jangka panjang (short-run profit
planning). Untuk memungkinkan manajemen puncak melakukan pemilihan rencana
kerja yang berdampak baik terhadap laba, manajemen menggunakan teknik analisa
biaya-volume dan laba. Dalam analisis biaya-volume dan laba ini, informasi
akuntansi diffirensial memungkinkan manajemen untuk melakukan pemilihan
berbagai altematif kerja yang akan dicantumkan dalam anggaran.
Setelah suatu rencana kerja dipilih
untuk mencapai sasaran anggaran, manajer yang berperan untuk melaksanakan
rencana kerja tersebut memerlukan sumber daya, untuk memungkinkannya mencapai
sasaran anggaran. Demikian mangenai penyusunan anggaran untuk perusahaan yang
tidak jauh berbeda dengan negara, kemudian bagaimana untuk koteksnya negara.
Maka kami akan membahasnya dengan judul “ Penyusunan
Anggaran”
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1.3 IDENTIFIKASI MASALAH
Rumusan Masalah yang menjadi fokus penyusunan diuraikan ke
dalam rumusan-rumusan pertanyaan yang lebih spesipik. Adapaun identifikasi
masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana Penyusunan
Anggaran?
b. Bagaimana Alokasi
anggaran?
c. Contoh Efisiensi Penyusunan Anggaran
dari Agus Martowardojo?
d. Bagaimana Metode Penyusunan Anggaran?
e. Apa Faktor yang mempengaruhi penyusunan Anggaran
(budget) ?
f. Apa saja
Unsur-unsur utama dalam anggaran (budget) ?
g. Apa saja Macam-macam
anggaran ?
h. Apa kegunaan pokok Anggaran
?
i. Bagaimana
Proses penyusunan anggaran ?
j. Bagaimana
Cara penyajian ?
1.4 TUJUAN PENYUSUNAN
Dari perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
a. Penyusunan
Anggaran
b. Alokasi anggaran
c. Contoh Efisiensi Penyusunan Anggaran
dari Agus Martowardojo
d. Metode Penyusunan Anggaran
e. Faktor
yang mempengaruhi penyusunan Anggaran (budget)
f. Unsur-unsur
utama dalam anggaran (budget)
g. Macam-macam anggaran
h. kegunaan pokok Anggaran
i. Proses
penyusunan anggaran
j. Cara
penyajian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENYUSUNAN ANGGARAN
Anggaran merupakan sejumlah uang yang
dihabiskan dalam periode tertentu
untuk melaksanakan suatu program. Tidak ada
satu perusahaan pun yang memiliki anggaran yang tidak terbatas,
sehingga proses penyusunan anggaran menjadi hal penting dalam sebuah proses
perencanan.
Anggaran adalah
rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan dalam ukuran
kuantitatif, menunjukan perolehan dan penggunaan sumber daya organisasi dalam
satu tahun. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan
menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun itu.
2.1.1 Anggaran memiliki karekteristik – karakteristik
sebagai berikut:
· Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis
tersebut.
· Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter
mungkin didukung dengan jumlah nonmoneter (contoh: unit yang terjual atau
diproduksi).
· Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis –
bisnis yang sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor musiman.
· Merupakan komitmen manajemen.
· Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang
lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.
· Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi
– kondisi tertentu.
· Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan
anggaran, dan varians dianalisis serta dijelaskan.
2.1.2 Hubungan dengan perencanaan strategis
Prencanaan strategis adalah proses untuk memutuskan hakikat
dan ukuran dari beberapa program yang harus dijalankan guna mengimplementasikan
berbagai strategi organisasi. Baik strategis maupun anggaran melibatkan
perencanaan, namun jenis aktivitas perencanaannya berbeda. Perbedaannya
terletak pada prosesnya, anggaran fokus 1 tahun sedangkan strategis diatas 1
tahun. Perencanaan strategis mendahului penganggaran dan memberikan kerangka
dalam penggunaan anggaran dan anggaran merupakan satu potongan kerangka
strategis organisasi.
2.1.3 Perbedaan dengan prediksi
Anggaran adalah suatu rencana manajemen, dengan asumsi
implisit bahwa langkah – langkah positif akan diambil oleh pembuat anggaran
guna membuat kegiatan nyata sesuai dengan rencana, suatu prediksi hanyalah
suatu perkiraan akan apa yang mungkin terjadi, tetapi tidak mengandung
implikasi bahwa pembuat prediksi akan berupaya untuk membentuk kejadian
sehingga prediksinya akan terealisasi. Karakteristik prediksi:
·
Bisa dinyatakan atau tidak dinyatakan dalam istilah moneter.
·
Dapat untuk periode waktu kapan pun.
·
Pembuat prediksi tidak menerima tanggung jawab untuk
memenuhi hasil yang diprediksikan.
·
Prediksi biasanya tidak disetujui oleh wewenang yang lebih
tinggi.
·
Suatu prediksi diperbarui segera setelah informasi baru
mengindikasikan adanya suatu perubahan dalam kondisi.
·
Varians dari prediksi tidak dianalisis secara formal maupun
berkala.
2.1.4. Kegunaan
anggaran
1)
Menyesuaikan dengan Rencana Strategis
Anggaran yang diselesaikan sebelum
permulaan tahun anggaran, memberikan peluang untuk menggunakan informasi
terakhir yang tersedia dan didasarkan pada penilaian manajer di semua tingkatan
organisasi.
2)
Membantu Mengoordinasikan Aktivitas dari Beberapa Bagian Organisasi
Setiap manajer pusat tanggung jawab dalam organisasi
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Selanjutnya, ketika staf merangkai
potongan – potongan tersebut menjadi suatu rencana keseluruhan, maka
inkonsistensi muncul. Selama proses penyusunan anggaran, berbagai inkonsistensi
tersebut diidentifikasikan dan dicari solusinya. Anggaran berfungsi sebagai
alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan berbagai unit dalam organisasi agar
bekerja sesuai tujuan.
3)
Penugasan Tanggung Jawab
Anggaran tersebut memberikan wewenang kepada para manajer
pusat tanggung jawab guna membelanjakan sejumlah tertentu uang untuk tujuan
tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa perlu persetujuan dari wewenang
yang lebih tinggi.
4)
Dasar untuk Evaluasi Kinerja
Anggaran mencerminkan suatu komitmen
oleh pembuatnya dengan atasannya. Oleh karena itu, anggaran menjadi tolak ukur
terhadap mana kinerja aktual dapat dinilai. Komitmen tersebut dapat berubah
bila asumsi-asumsi yang mendasarinya juga berubah. Namun demikian, anggaran
merupakan titik awal yang terbaik dalam menilai kinerja. Anggaran menugaskan
tanggung jawab pada ke setiap pusat tanggung jawab organisasi.
2.1.6 Isi dari
anggaran operasi
Ø Untuk
organisasi secara keseluruhan dan untuk tiap unit bianis.
Ø Diklasifikasikan
berdasarkan pusat tanggung jawab, meliputi: Pendapatan, Biaya Produksi dan
Penjualan, Beban Pemasaran, Beban Logistik (kadang kala), umum dan
administrative Penelitian dan Pengembangan, Pajak Penghasilan (kadang kala),
laba bersih.
Ø Beban
dapat bersifat: Fleksibel, Diskrasioner dan Komitmen.
Ø Waktunya
dalam satu tahub dibagi dalam bulan atau kuartal.
Ø Jumlah
totalnya sama dengan rencana strategis.
2.2 JENIS – JENIS ANGGARAN
1)
Anggaran Operasi
Anggaran operasi adalah anggaran kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan laba tahun yang akan datang. Ada beberapa kategori anggaran
operasi yaitu: Anggaran Pendapatan dimana anggaran pendapatan berisi
proyeksi penjualan unit dikalikan dengan harga jual yang diperkirakan; Anggaran
Biaya Produksi dan Biaya Penjualan; Beban Pemasaran adalah beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penjualan; Beban
logistik biasanya dilaporkan secara terpisah dari beban untuk mendapatkan
pesanan; Beban Umum dan Administratif merupakan beban dari unit-unit
staf, baik dikantor pusat maupun di unit bisnis secara keseluruhan; Beban
Penelitian dan Pengembangan; dan Pajak Penghasilan.
2)
Anggaran Modal
Anggaran pengeluaran modal adalah anggaran berupa daftar
rencana yang disetujui oleh manajemen mengenai proyek pemilikan fasilitas dan
ekuipmen baru beserta taksiran biaya setiap proyek dan pengeluaran modal dalam
tahun anggaran.
3)
Anggaran Neraca
Anggaran neraca adalah anggaran yang menunjukan implikasi
berbagai macam anggaran pada elemen – elemen neraca yaitu aktiva, utang, dan
modal tahun yang akan datang.
4)
Anggaran Kas
Anggaran kas adalah anggaran yang menunjukan elemen – elemen
dan jumlah kebutuhan kas dan sumber – sumber kas suatu organisasi tahun yang
akan datang. Manajer keuangan menggunakan anggaran kas untuk menyusun rencana
dan untuk menjamin bahwa kas dalam tahun anggaran cukup , tidak terlalu besar
atau terlalu kecil.
Macam-macam anggaran (budget)
a.
Budget Strategis, ialah anggaran yang berlaku untuk jangka panjang yaitu
melebihi satu periode akuntansi (melebihi 1 tahun)
b.
Budget Taktis, ialan anggaran yang berlaku untuk jangka pendek, yaitu satu
periode akuntansi atau kurang.
Budget disusun oleh panitia penyusun anggaran (
Budgeting Committee ). Yang terdiri atas pemegang fungsi-fungsi utama ( Budget
Participative ).
2.3 PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN
Secara garis besar, proses penyusunan anggaran terbagi
menjadi dua, yakni dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas
(bottom-up).
2.3.1. Dari atas ke bawah (Top-down)
Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang jelas.
Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa
pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada para karyawannya agar
menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah program.
Terdapat 5 metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah:
a.
Metode kemampuan (The affordable method) adalah metode dimana perusahaan
menggunakan sejumlah uang yang ada untuk kegiatan operasional dan produksi tanpa
mepertimbangkan efek pengeluaran tersebut.
b.
Metode
pembagian semena-mena (Arbitrary allocation method) merupakan proses
pendistribusian anggaran yang tidak lebih baik dari metode sebelumnya. Metode ini tidak berdasar
pada teori, tidak memiliki tujuan yang jelas, dan tidak membuat konsep pendistribusian anggaran
dengan baik.
c.
Metode persentase
penjualan (Percentage of sales) menggambarkan efek yang terjadi antara kegiatan iklan dan promosi yang
dilakukan dengan persentase peningkatan
penjualan di lapangan. Metode ini
mendasarkan pada dua hal, yaitu persentase penjualan dan sejumlah pengembalian
yang diterima dari aktivitas periklanan dan promosi yang dilakukan.
d.
Melihat
pesaing (Competitive parity) karena sebenarnya tidak ada perusahaan yang
tidak mau tahu akan keadaan pesaingnya. Tiap perusahaan akan berusaha untuk
melakukan promosi yang lebih baik dari para pesaingnya dengan tujuan
untuk menguasai pangsa pasar.
e.
Pengembalian
investasi (Return of investment) merupakan pengembalian keuntungan yang
diharapkan oleh perusahaan terkait dengan sejumlah uang yang telah dikeluarkan untuk iklan
dan aktivitas promosi lainnya. Sesuai dengan arti
katanya, investasi berarti penanaman modal dengan harapan akan adanya
pengembalian modal suatu hari.
2.3.2 Dari bawah ke atas (Bottom-up)
Merupakan proses penyusunan anggaran
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan
belakangan setelah tujuan selesai disusun. Proses penyusunan anggaran dari
bawah ke atas merupakan komunikasi
strategis antara
tujuan dengan anggaran. Terdapat 3 metode dasar proses penyusunan anggaran dari
bawah ke atas, yakni:
a.
Metode tujuan dan tugas (Objective and task method) dengan menegaskan
pada penentuan tujuan dan anggaran yang disusun secara beriringan. Terdapat 3
langkah yang ditempuh dalam langkah ini, yakni penentuan tujuan, penentuan
strategi dan tugas yang harus dikerjakan, dan
perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai tugas dan strategi tersebut.
b.
Metode
pengembalian berkala (Payout planning)
menggunakan prinsip investasi dimana
pengembalian modal diterima setelah waktu tertentu. Selama tahun pertama,
perusahaan akan mengalami rugi dikarenakan biaya promosi dan iklan
masih melebihi keuntungan yang diterima dari hasil penjualan. Pada tahun kedua,
perusahaan akan mencapai titik impas (break
even point) antara biaya promosi dengan
keuntungan yang diterima. Setelah memasuki tahun ketiga, barulah perusahaan
akan menerima keuntungan penjualan.
Strategi ini hasilnya dirasakan dalam jangka panjang.
c.
Metode
perhitungan kuantitatif (Quantitative models) menggunakan sistem
perhitungan statistik dengan mengolah data yang dimasukkan dalam komputer dengan teknik
analisis regresi berganda (multiple regression analysis. Metode ini
jarang digunakan karena kompleks dalam
pemakaiannya.
1)
Organisasi
Departemen
Anggaran, dengan tahap: Menerbitkan prosedur
dan formulir untuk penyusunan anggaran, Mengoordinasikan dan menerbitkan setiap
tahunnya asumsi-asumsi dasar tingkat korporat yang akan menjadi dasar untuk
anggaran, Memastikan bahwa informasi disampaikan dengan smestinya antar unit
organisasi yang saling terkait, Memberikan bantuan bagi pembuat anggaran dalam
penyususnan anggaran mereka, Menganalisis anggaran yang diajukan dan memberikan
rekomendasi, Menangani proses pembuatan revisi anggaran selama tahun tersebut. Komite Anggaran ini terdiri
dari anggota manajemen senior seperti CEO, Chief Operating Officer (COO), chief
financial Afficer (CFO). Di bagian komite anggaran ini meninjau dan menyetujui
atau menyesuaikan masing-masing anggaran.
2)
Penerbitan Pedoman
Pedoman ini adalah yang dinyatakan
secara implisit dalam rencana strategis dan dimodifikasi sesuai dengan
perkembangan yang telah terjadi semenjak disetujui, khususnya kinerja
perusahaan sampai tanggal tersebut dan prediksi terakhir.
3)
Usulan Awal Anggaran
Menggunakan pedoman tersebut, manajer
pusat tanggung jawab, dibantu dengan stafnya, mengembangkan permintaan
anggaran, Karena sebagian besar pusat tanggung jawab akan memulai tahun
anggaran dengan fasilitas, karyawan, dan sumber daya lain yang sama seperti
yang mereka miliki saat ini, maka anggaran ini didasarkan pada tingkatan yang
ada, yang dikemudian dimodifikasi sesuai dengan pedoman.
4)
Negoisasi
Pembuat anggaran mendiskusikan usulan
anggaran dengan atasannya. Ini merupakan inti dari proses tersebut. Alasan
cenderung untuk menilai validitas dari tiap penyesuaian.
5)
Revisi Anggaran
Ada dua jenis umum revisi anggaran: a) prosedur yang
memungkinkan permutakhiran anggaran secara sistematis, b) prosedur yang
memungkinkan adanya revisi dalam keadaan tertentu. Revisi anggaran harus
dijustifikasi berdasarkan perubahan kondisi yang signifikan dari yang ada
ketika anggaran asli disetujui.
6)
Anggaran Kontinjensi
Beberapa perusahaan secara rutin menyusun anggaran
kontinjensi yang mengidentifikasikan tindakan – tindakan manajemen yang akan
diambil jika ada penurunan yang signifikan dalam volume penjualan dari apa yang
telah diantisipasi ketika mengembangkan anggaran. Anggaran kontinjensi
menyediakan suatu cara yang cepat untuk menyusaikan dengan kondisi yang berubah
jika situasinya telah tiba. Seperti detective, dimana ada plan A dan ada plan B
jika situasi berubah.
Alur penyusunan anggaran :
1.
Penyusunan awal proposal
2.
Perubahan dari penyusunan awal
Perubahan dalam kekuatan eksternal :
Ä Kondisi perekonomian (yang mempengaruhi penjualan)
Ä Kondisi
pembelian bahan dan pelayanan
Ä Upah
buruh
Ä Biaya kegiatan bebas (seperti : administrasi dan litbang)
Peubahan dalam kebijakan dan pelaksanaan
internal :
Ä Biaya produksi (menggabarkn alat dan metode baru)
Ä Biaya bebas (berdasar antisipasi dalam pekerjaan)
Ä Pasar
saham dan produksi
3.
Negosiasi (dasar penilaian atasan : kinerja tahun-tahun sebelumnya)
4.
Pemeriksaan dan Persetujuan (yang diperiksa : konsistensi dan bagaimana anggaran bisa mendatangkan keuntungn, seperti: apakah bea produksi konsisten dengan rencana volume sales, bagaimana dengan pelayanannya) jika penilaian tak sesuai maka anggaran harus diperbaiki lagi.
5. Perbaikan anggaran
(perbaikan tiap triwulan atau pada kondisi tertentu saja, contoh : perusahaan jepang)
2.3.3.Aspek – aspek perilakuan
1)
Partisipasi dalam Proses Penyusunan Anggaran
Yaitu proses dimana pembuat anggaran terlibat dan mempunyai
pengaruh dalam penentuan besar anggaran mempunyai dampak yang positif terhadap
motivasi manajerial karena kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas
cita – cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi
manajer, dibandingkan bila dipaksakan secara eksternal dan arena hasil
penyusunan anggaran partisipatif adalah petukaran informasi yang efektif.
2)
Tingkat Kesulitan dari Target Anggaran
Anggaran yang ideal adalah anggaran yang menantang tetapi
dapat dicapai. Target tidak boleh terlalu rendah, karena akan menurunkan
semangat kerja dan tidak boleh terlalu tinggi karena akan ditentang. Salah satu
keterbatasan dari target yang dicapai adalah kemungkinan bahwa manajer unit
bisnis tidak melakukan usaha yang memuaskan ketika anggaran tercapai. Jika
manajer unit bisnis mencapai lebih dari laba yang dianggarkan, manajemen senior
sebaiknya tidak secara otomatis menaikkan anggaran laba untuk tahun depan. Jika hal ini terjadi, manajer
unit bisnis mungkin tidak berkinerja secara maksimal guna menghindari
menunjukkan varians menguntungkan yang terlalu besar.
3)
Keterlibatan Manajemen Senior
Keterlibatan manajemen senior adalah perlu supaya system
anggaran mana pun menjadi efektif dalam memotivasi pembuat anggaran. Tanpa
partisipasi aktif mereka dalam proses persetujuan, beberapa manajer akan
menyerahkan anggaran yang mudah dicapai atau anggaran yang berisi kelonggaran
yang berlebihan untuk kontinjensi yang mungkin. Manajemen juga harus
menindaklanjuti hasil anggaran. Jika tidak, system anggaran tersebut tidak akan
efektif dalam memotivasi pembuat anggaran.
4)
Departemen Anggaran
Departemen ini harus menganalisis anggaran secara rinci, dan
departemen tersebut harus yakin bahwa anggaran disusun dengan memadai dan informasinya
adalah akurat. Anggota departemen anggaran harus mempunyai reputasi sebagai
orang yang tidak memihak dan adil. Anggota departemen anggaran tentunya
memiliki keahlian yang diperlukan unutk berurusan secara efektif dengan orang
lain.
2.3.4. Dokumen Anggaran
Penganggaran sebagai suatu sistem
merupakan sebuah proses yang mengatur penyusunan dokumen anggaran yang di
Indonesia dibedakan menjadi 2 jenis dokumen anggaran yaitu
a. Rencana Kerja dan Anggaran – Kementerian/Lembaga
(RKA-K/L) yang merupakan dokumen rencana keuangan tahunan K/L yang disusun
menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga;
b. Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara
(RDP-BUN), adalah rencana kerja dan anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara yang memuat rincian kebutuhan dana baik yang berbentuk anggaran belanja
maupun pembiayaan dalam rangka pemenuhan kewajiban Pemerintah Pusat dan
transfer kepada daerah yang pengelolaannya dikuasakan oleh Presiden kepada
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
Proses penganggaran merupakan uraian
mengenai proses dan mekanisme penganganggarannya dimulai dari Pagu Indikatif
sampai dengan penetapan Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Sistem
penganggaran ini harus dipahami secara baik dan benar oleh pemangku kepentingan
(stakeholder) agar dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Hal-hal yang diatur dalam proses
penyusunan anggaran tersebut terutama berkenaan dengan proses penyiapan
penganggaran (budget preparation) yang mengatur 3 (tiga) materi pokok, yaitu:
(1) pendekatan penyusunan anggaran, (2) klasifikasi anggaran, dan (3) proses
penganggaran.
Pendekatan yang digunakan dalam
penyusunan anggaran terdiri dari pendekatan: (1) penganggaran terpadu, (2)
penganggaran berbasis kinerja (PBK), dan (3) kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).
2.3.5. Pendekatan Penyusunan
Anggaran
Pendekatan penyusunan anggaran yang
digunakan dalam proses penganggaran meliputi pendekatan: penganggaran terpadu,
PBK, dan KPJM. Pendekatan penyusunan anggaran tersebut menjadi acuan bagi
pemangku kepentingan bidang penganggaran dalam merancang dan menyusun anggaran.
a.
Pendekatan Penganggaran Terpadu
Penganggaran terpadu merupakan unsur
yang paling mendasar bagi penerapan pendekatan penyusunan anggaran lainnya
yaitu, Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM). Dengan kata lain bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan
kondisi yang harus terwujud terlebih dahulu.
Penyusunan anggaran terpadu
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-K/L dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan
proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi
dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk
keperluan biaya operasional.
Pada sisi yang lain penerapan
penganggaran terpadu juga diharapkan dapat mewujudkan Satuan Kerja (Satker)
sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang bertanggung jawab terhadap aset dan
kewajiban yang dimilikinya, serta adanya akun (pendapatan dan/atau belanja)
untuk satu transaksi sehingga dipastikan tidak ada duplikasi dalam
penggunaannya.
Mengacu pada pendekatan penyusunan
anggaran terpadu tersebut di atas, penyusunan RKA-K/L menggunakan hasil
restrukturisasi program/kegiatan dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran
menurut program dan kegiatan, serta penataan bagian anggaran dan satker untuk
pengelolaan anggaran dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran menurut
organisasi.
b.
Pendekatan PBK
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
merupakan suatu pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan
efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. Yang dimaksud kinerja adalah
prestasi kerja yang berupa keluaran dari suatu Kegiatan atau hasil dari suatu
Program dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
c.
Pendekatan KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan
anggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan
implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif
memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah
meliputi:
1)
penyusunan proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk jangka
menengah;
2)
penyusunan proyeksi/rencana /target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit,
dan rasio utang pemerintah) jangka menengah;
3)
rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan) jangka
menengah (medium term budget framework), yang menghasilkan pagu total belanja
pemerintah (resources envelope);
dpendistribusian total pagu belanja
jangka menengah ke masing-masing K/L (line ministries ceilings). Indikasi pagu
K/L dalam jangka menengah tersebut merupakan perkiraan batas tertinggi anggaran
belanja dalam jangka menengah;
Penganggaran sebagai suatu sistem
merupakan sebuah proses yang mengatur penyusunan dokumen anggaran yang di
Indonesia dibedakan menjadi 2 jenis dokumen anggaran yaitu :
a.
Rencana Kerja dan Anggaran – Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) yang merupakan
dokumen rencana keuangan tahunan K/L yang disusun menurut Bagian Anggaran
Kementerian/Lembaga;
b.
Rencana Dana
Pengeluaran Bendahara Umum Negara (RDP-BUN), adalah rencana kerja dan anggaran
Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara yang
memuat rincian kebutuhan dana baik yang berbentuk anggaran belanja maupun
pembiayaan dalam rangka pemenuhan kewajiban Pemerintah Pusat dan transfer
kepada daerah yang pengelolaannya dikuasakan oleh Presiden kepada Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Proses penganggaran merupakan
uraian mengenai proses dan mekanisme penganganggarannya dimulai dari Pagu
Indikatif sampai dengan penetapan Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat
final. Sistem penganggaran ini harus dipahami secara baik dan benar oleh
pemangku kepentingan (stakeholder) agar dapat dihasilkan APBN yang kredibel dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Hal-hal yang diatur dalam proses
penyusunan anggaran tersebut terutama berkenaan dengan proses penyiapan
penganggaran (budget preparation) yang mengatur 3 (tiga) materi pokok, yaitu:
(1) pendekatan penyusunan anggaran, (2) klasifikasi anggaran, dan (3) proses
penganggaran. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran terdiri
dari pendekatan: (1) penganggaran terpadu, (2) penganggaran berbasis kinerja
(PBK), dan (3) kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM).
2.4. ALOKASI ANGGARAN
Setelah mengetahui berapa anggaran
yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, hal
selanjutnya adalah bagaimana mengalokasikan anggaran yang tersedia.
Mengalokasikan anggaran berarti melakukan pembagian dana secara sistematis
berdasarkan keseluruhan anggaran yang dimiliki perusahaan untuk melangsungkan
program tersebut. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengalokasian
anggaran mencakup potensial pasar, ukuran dan segmen pasar, kebijakan perusahaan,
skala ekonomi periklanan, dan karakteristik perusahaan.
2.5. CONTOH EFISIENSI PENYUSUNAN ANGGARAN DARI AGUS
MARTOWARDOJO
"Kalau direncanakan dengan
baik, pasti pelaksanaannya juga baik. Tapi jika kementerian lembaga yang
melakukan perencanaan kurang baik, pelaksanaannya pasti akan terhambat karena
harus dilakukan revisi," katanya.
Jakarta, Aktual.co — Menteri
Keuangan Agus Martowardojo melakukan upaya efisiensi dalam proses pengajuan
anggaran bagi kementerian/lembaga.
"Proses penyusunan anggaran
yang lebih baik perencanaannya terus dilakukan selama tiga tahun
terakhir," kata Agus di Jakarta, Senin (11/3).
Ia mengatakan, mulai 2013
kementerian/lembaga dalam mengajukan anggaran hanya perlu satu kali proses
untuk meminta persetujuan Kemenkeu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang
membutuhkan dua kali proses yaitu dengan meminta persetujuan satuan anggaran
per satuan kerja (SAPSK) kepada dirjen anggaran dan meminta persetujuan daftar
isian pelaksanaan anggaran (DIPA) pada dirjen anggaran.
"Dulu kalau ingin terbitkan
DIPA, tentu kementerian/lembaga harus berurusan dengan dirjen kemenkeu yang
berbeda sampai dua kali. Pada 2013, cukup satu kali, digabungkan SAPSK dan
DIPA-nya, itu contoh efisiensi sehingga sekarang kementerian/lembaga tidak perlu
bolak balik," katanya.
Selain itu pihaknya meminta agar
kementerian/lembaga memperbaiki perencanaan, tata kelola, transparansi dan
akuntabilitas pada proses penyusunan anggaran mereka.
Agus mengatakan bahwa penyusunan
anggaran yang baik bisa cepat disetujui dan dilaksanakan. Hal ini berbeda jika
perencanaan kurang baik karena akan membutuhkan revisi yang memakan waktu
sehingga pelaksanaannya menjadi terhambat.
"Kalau direncanakan dengan
baik, pasti pelaksanaannya juga baik. Tapi jika kementerian lembaga yang
melakukan perencanaan kurang baik, pelaksanaannya pasti akan terhambat karena
harus dilakukan revisi," katanya.
2.6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYUSUNAN ANGGARAN
(BUDGET)
Faktor
yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran. Anggaran menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang
diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan
informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu
sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap
pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.”
2.6.1. Faktor yang mempengaruhi penyusunan Anggaran (budget) yaitu :
a.
Faktor intern adalah faktor-faktor yang ada dalam perusahaan itu sendiri.
Factor-faktor tersebut antara lain berupa penjualan tahun lalu, kebijaksanaan
perusahaan, modal kerja yang dimiliki, tenaga kerja yang dimiliki, kapasitas
perusahaan yang dimiliki, dll.
b.
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang ada diluar perusahaan tapi
mempengaruhi kehidupan perusahaan. Factor-faktor tersebut antara lain berupa
keadaan persaingan, tingkat pertumbuhan penduduk, penghasilan masyarakat,
pendidikan masyarakat, penyebaran penduduk, agama, adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat, dll.
Anggaran
(Budget) yang baik haruslah mencakup seluruh kegiatan perusahaan, yang sering
dinamakan Budget Komprehensif. Secara garis besar isi dari Budget Komprehensif
terdiri dari:
Budget
Taksiran (Forecasting Budget), berisi taksiran-taksiran tentang kegiatan-kegiatan
perusahaan dan keadaan (posisi) financial perusahaan pada saat tertentu pada
waktu yang akan datang.
Budget Variabel, berisi tentang
tingkat perubahan atau variabilitas biaya, khususnya biaya-biaya yang termasuk
kelompok biaya ”semi-variabel” sehubungan dengan adanya produktivitas
perusahaan. Analisa Statistika dan Matematika Pembantu, yang dipergunakan untuk
membuat taksiran-taksiran serta mengadakan penilaian (evaluasi) dalam rangka
mengadakan pengawasan kerja.
Laporan Budget (Budget Report),
yaitu laporan tentang realisasi pelaksanaan budget yang dilengkapi dengan
berbagai analisa perbandingan antara budget dan realisasinya sehingga dapat
diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dan sebab-sebabnya, baik yang
bersifat positif (menguntungkan) maupun negative (merugikan), sehingga dapat
ditarik kesimpulan dan tindak lanjut (follow-up) yang segera perlu dilakukan.
2.7. UNSUR-UNSUR UTAMA DALAM ANGGARAN (BUDGET) :
a.
Keseluruhan Rencana, merupakan penentuan kegiatan yang dilakukan pada waktu
yang akan datang.
b.
Kegiatan Perusahaan, meliputi seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh semua
bagian-bagian dalam perusahaan.
c.
Dinyatakan dalam angka, adalah unit yang dapat digunakan pada semua kegiatan
perusahaan yang bermacam-macam.
d.
Periode tertentu, adalah keseluruhan mengenai apa-apa saja yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.
2.8. KEGUNAAN POKOK ANGGARAN
a.
Sebagai pedoman kerja. Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan
arah serta target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan
pada waktu yang akan datang.
b.
Sebagai alat koordinasi kerja. Dengan adanya anggaran semua bagian-bagian yang
terdapat di dalam perusahan dapat saling menunjang dan bekerja sama dengan
baik, untuk menuju pada sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
c.
Sebagai alat pengawasan atau pengendalian. Anggaran berfungsi sebagai tolok
ukur (alat pembanding) untuk menilai dan mengevaluasi realisasi kegiatan
perusahaan pada masa yang akan datang.
2.9. KELEMAHAN ANGGARAN
a.
Anggaran (Budget) hanyalah suatu alat.
b.
Anggaran (Budget) tidak menggantikan posisi manajemen.
2.10. CARA PENYAJIAN:
a.
Angka akurat
b.
Informatif
c.
Mudah dilihat pergerakannya
2.11 PIHAK YANG BERWENANG MENILAI DAN MENYESUAIKAN
ANGGARAN :
Ä Departemen
anggaran (melaporkan kepada pengawas perusahaan : CFO)
Ä Panitia
anggaran
BAB III
KESIMPULAN
Anggaran merupakan sejumlah uang yang
dihabiskan dalam periode tertentu
untuk melaksanakan suatu program. Tidak ada
satu perusahaan pun yang memiliki anggaran yang tidak terbatas, sehingga
proses penyusunan anggaran menjadi hal penting dalam sebuah proses perencanan.
Secara garis besar, proses
penyusunan anggaran terbagi menjadi dua, yakni dari atas ke bawah (top-down)
dan dari bawah ke atas (bottom-up).
Penganggaran sebagai suatu sistem
merupakan sebuah proses yang mengatur penyusunan dokumen anggaran yang di
Indonesia dibedakan menjadi 2 jenis dokumen anggaran yaitu : Rencana Kerja dan Anggaran –
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dan Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum
Negara (RDP-BUN).
Pendekatan yang digunakan dalam
penyusunan anggaran terdiri dari pendekatan: (1) penganggaran terpadu, (2)
penganggaran berbasis kinerja (PBK), dan (3) kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Belch, Geroge E dan Belch, Michael A. 2004. Advertising and Promotion: An
Integrated Marketing Communications Perspective, Sixth Edition.
McGraw-Hill,
2.
Don dan Rogers, Martha. 2005. Return on Customer: Creating Maximum Value for
Your Scarcest Resource. Doubleday/Currency.
3.
Wikipedia
4.
www.google.com
Power Point :
https://drive.google.com/file/d/0B0xsbvR-RvSVaFRoeEdydWxOazA/view?usp=sharing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar